Lowrider adalah sebuah tren untuk merubah tampilan tunggangan baik mobil maupun sepeda sehingga terlihat lebih rendah dari ukuran yang sebenarnya. Istilah para penggemar modifikasi mobil di Indonesia, gaya lowrider ini lebih mengacu pada penampilan mobil ceper. Sekalipun dari segi penampilan terlihat lebih ‘lain sendiri’, dengan upaya merendahkan struktur kendaraan baik mobil, sepeda motor maupun sepeda, dalam praktiknya tidak sesederhana itu.
Karena bagaimana pun juga struktur kendaraan baik mobil, motor maupun sepeda, telah disesuaikan dan hasil perhitungan yang matak mencakup segala aspek. Dengan demikian, kendaraan tidak akan saja nyaman tapi aman dikendarai. Dengan adanya tren lowrider ini, tentu saja ada beberapa bagian dari struktur kendaraan yang mengalami perubahan dengan tetap memperhitungkan segi kenyamanan dan keamanan.
Tren lowrider pada kendaraan roda empat atau mobil, jauh lebih dahulu muncul dibandingkan dengan tren lowrider yang diterapkan pada sepeda motor atau sepeda. Bila lowrider pada kendaraan roda empat mulai dikenal sejak 1930, maka lowrider pada sepeda dan sepeda motor, baru dikenal pada sekitar 1960-an. Sementara di Indonesia, khusus untuk lowrider pada sepeda, justru baru dikenal dan benar-benar menjadi tren pada sekitar 2000 silam.
Kegemaran lowriding kendaraan roda empat terjadi pada masyarakat Chicano, dengan cara yang jauh dari sentuhan teknologi otomotif. Betapa tidak, anak muda pemiliki kendaraan roda empat cukup meletakan karung pasir di dalam bagasi sehingga terkesan kendaraan roda empat mereka lebih rendah. Lalu, untuk memberi efek rendah ini mulai lebih canggih, yaitu dengan cara menurunkan bahkan memotong pegas sampai drop spindle. Tren lowrider ini bertujuan agar laju kendaraan memang lebih pelan dan lambat. Bahkan, bagi anak-anak muda yang sering berpakaian pachuco ini, semboyan ‘rendah dan lambat’ adalah selalu dipegang teguh. Namun pada 1958, kegemaran lowrider ini kemudian mendapat reaksi bahkan ada larangan resmi dari pemerintahan California.
Namun meskipun ada larangan resmi dari pemerintah yang melarang lowrider kendaraan yang memiliki bodi lebih rendah dari as roda, namun Ron Aguiere mengembangkan kendaraan lowrider ini dengan menggunakan hindolik. Alat hidrolik ini bisa mengatur bodi kendaraan menjadi tinggi atau rendah. Seiring dengan itu pada 1958 muncul kendaraan roda empat dari Chevrolet jenis Impala Chevy yang framenya bodinya berbentuk X. Tentu saja kehadiran roda empat dari Chevrolet ini semakin memberi keleluasaan para penggemar lowrider untuk menurunkan kendaraan mereka dengan menggunakan hidrolik yang diciptakan Ron Aguire.
Seiring dengan perkembangan mobil lowrider, sebuah penerbit Primedia mencoba mengabadikan, menyajikan dan mencatat setiap gerak langkah tren lowrider tersebut melalui sebuah majalah bernama Lowrider Magazine. Tentu saja kehadiran majalah ini, semakin membuat para penggemar lowrider seperti mendapat angin. Maka pada kesehariannya mereka tidak hanya menampilkan kendaraan roda empat yang lowrider, tapi juga membuat aneka merchandise seperti kaos dan benda-benda lain untuk membuat mereka tetap eksis.
Sejarah Mobil Lowrider
Kehadiran Chevrolet Impala benar-benar semakin populer di kalangan penggemar lowrider. Kendaraan jenis seolah diperuntukkan untuk dimodifikasi para penggemar lowrider. Demikian pula pada periode 1978-1988 Chevrolet Monte Carlo, Oldsmobile, Pontiac Grand Prix dan tentu saja Buick Regal, merupakan jenis kendaraan roda empat yang bersahabat untuk para penggemar lowrider. Mereka lebih gampang memodifikasi kendaraan-kendaraan tersebut menjadi lowrider.
Para penggemar kendaraan roda empat lowrider, tidak hanya memendekkan atau membuat cepet karoseri kendaraannya tapi juga mulai dengan menggarap interior sehingga menjadi salah satu ciri dari para penggemar lowrider ini. Kendaraan roda empat yang telah dimodifikasi menjadi low ider juga dilengkapi dengan visor matahari, menyembunyikan perangkat audio di bawah jok bahkan mencat ulang interior kendaraannya dengan lebih rame. Di bagian luar selain menambah beberapa aksesori yang tidak biasa, para penggemar lowrider juga mulai berkenalan dengan air brushed atau lukisan grafis.
Demikian pula pada roda yang diberi krom. Bahkan, ketika kendaraan diangkat lebih tinggi, roda diberi cat krom ini terlihat mencolok. Dengan menggunakan ban ukuran 5,2, pabrikan yang mengadopsi kegemaran para lowrider ini telah pula menyediakan velg yang disesuaikan untuk modifikasi kendaraan menjadi lowrider.
Beberapa merek velg yang populer pada saat itu misalnya Supremes Astro, Tru, Cragers, Zentihs, Dayton dan Crown. Tak hanya sampai di situ, para penggemar lowrider juga mulai memodifikasi pintu kendaraan mereka sehingga dikenal beberapa gaya misalnya pintu berengsel di belakang, pintu engsel yang membuka secara vertikal atau pintu berengsel di atap. Mereka terlihat semakin gaya dan tidak biasa. Inilah harapan mereka, para penggemar lowrider.
Sejarah Sepeda Lowrider
Pada saat kendaraan roda empat lowrider semakin menjamur terutama pada paruh 1960an, sekalipun tidak secara terbuka, tapi tren tersebut menimbulkan sentimen pada anak muda dari kalangan bawah. Memang tidak bisa dipungkiri para penggemar kendaraan roda empat lowrider ini berasal dari keluarga kaya, sehingga mereka memiliki kelebihan uang untuk menampilkan kendaraan mereka secara nyentik. Kondisi inilah yang kemudian membuat George Barris prihatin.
Selama ini, George Barris terkenal sebagai salah seorang ahli modifikasi mobil lowrider alias seniman tukang ceper. Melihat kondisi modifikasi lowrider yang semakin menjamur di kalangan anak muda kalangan kaya Amerika, George Barris menemukan ide untuk menggarap sepeda. Kendaraan roda dua yang digoes ini dimodifikasi sedemikian rupa sehingga terkesan lebih ceper dari biasanya.
Melihat situasi seperti itu, si King mendapatkan ide dengan mencoba membangun sebuah sepeda yang mengacu pada kesan lowrider, untuk eksperimen pertama kali si King menerapkan pada sepedanya. Mulailah si King ini memperkenalkan kreasinya dari situ bisa di tebak banyak anak2 dari keluarga yang kurang mampu beralih berkreasi membuat sepeda lowrider. Ia mulai merancang dan mewujudkan idenya tersebut. Pada tahun 1963 di luar dugaan ternyata ide menceperkan sepeda itu mendapat respon yang bagus.
Lama-kelamaan, ide menceperkan sepeda dan mendapat respon bagus dari penggemar sepeda terutama anak muda Amerika dari kalangan ekonomi menengah, membuat pabrik sepeda Schwiin mengadopsi ide George Barris tersebut dengan mengeluarkan sepeda baru yang terkesan lowrider dengan merk dagang New Cruiser Sting Ray. Sepintas sepeda hasil pabrik Schwiin ini lebih mirip sepeda motor dragster yang saat itu juga sedang ngetop.
Sepeda lowrider hasil rakitan Schwiin tersebut ternyata tidak membuat anak muda di selatan Los Angeles, Chicanos merasa puasa. Mereka menganggap sepeda keluaran pabrik tersebut belum benar-benar lowrider. Dengan demikian, anak muda di Los Angeles tersebut mulai melakukan modifikasi sepeda mereka agar terlihat semakin lowrider. Anak muda ini tidak saja memodifikasi frame, tapi juga bagian fork juga dimodifikasi dengan menambahkan per, lalu menambah spion sehingga semakin terlihat gaya. Bahkan ada beberapa anak muda yang mulai memodisikasi frame semakin lowrider, semakin lebih pendek lagi. Sementara itu, Schwiin yang terus memproduksi sepeda lowrider mulai mengadopsi kegemaran para penggemar mobil lowrider, yaitu memberikan cat krom pada frame sepedanya.
Di Indonesia, kehadiran sepeda lowrider termasuk terlambat diadopsi. Di Indonesia yagn sebenarnya penggemar sepeda itu sangat banyak, mulai benar-benar mengadopsi sepeda lowrider pada 2000 atau empat puluh tahun kemudian. Sepeda lowrider mulai dipopulerkan penggemar sepeda di Bandung, Jakarta, dan Surabaya, kemudian diikuti oleh penggemar sepeda di kota-kota besar lainnya. Geliat sepeda lowrider di tanah air Indonesia mulai semakin menghangat terutama setelah Tabloid MotorPlus pada 2006 mulai menurunkan laporan tentang kegiatan anak-anak muda di Jakarta Selatan yang menggemari sepeda lowrider.
Bila di Amerika ada George Barris yang memunculkan ide menceperkan sepeda setelah gaung mobil lowrider hanya bisa dilakukan oleh anak muda dari keluarga kaya, maka di Indonesia pun muncul nama Mr. Oktaf dari Royal Queen yang menyediakan keperluan untuk memodifikasi sepeda lowrider, bahkan tak jarang yang didatangkan langsung secara utuh dari Amerika. Pabrikan Wim Cycle termasuk yang pertama mengedarkan sepeda jenis lowrider di Indonesia dengan ukuran 26 inchi. Kegemaran para penggemar sepeda untuk menampilkan sepeda lowrider, semakin hari semakin menghangat.