Mau operasi plastik? Lebih baik pikirkan kembali. Cantik adalah anugerah yang Tuhan berikan pada setiap wanita. Takaran cantik untuk setiap mata terhitung relative. Sayangnya, tidak semua wanita mengamini bahwa cantik itu relative. Mereka membuat sebuah kriteria cantik sendiri, membatasi bahwa cantik itu bibirnya harus tipis, matanya harus bulat, tulang pipi tidak menonjol, rahang tidak kotak, dan kening agak lebar serta menonjol.
Akhirnya upaya untuk mencapai kriteria tersebut pun dilakukan. Apapun. Salah satunya adalah melalui operasi plastik.
Operasi Plastik = Ironis
Istilah operasi plastik pasti tidak asing bagi para wanita pemburu predikat cantik. Mereka berupaya untuk membuat dirinya tampil sempurna. Uang sebanyak apapun tidak segan-segan mereka keluarkan. Tujuannya ya itu, membuat orang-orang di sekitarnya mengagumi kecantikan serta mendapatkan kemudahan yang tidak akan didapatkan jika dia tidak cantik.
Ungkapan yang mengatakan bahwa inner beauty lebih berharga daripada cantik fisik sepertinya tidak berlaku di zaman sekarang ini. Faktanya memang demikian. Contohnya sederhana, mereka yang tidak cantik secara fisik cenderung lebih kesulitan dalam melakukan apapun. Misalnya ketika bus dalam keadaan penuh, wanita cantik akan cenderung memiliki kesempatan lebih besar untuk mendapatkan hibahan kursi dari orang-orang di sekitarnya, daripada mereka yang secara fisik biasa saja. Tidak percaya? Buktikan sendiri!
Kemudahan melakukan apapun adalah berkah bagi setiap wanita cantik. Dan itulah yang tanpa sadar menjadi alasan mendasar mengapa upaya untuk menjadi cantik termasuk melakukan operasi plastik dilakukan oleh para kaum hawa. Menyedihkan, tapi ini fakta. Sebuah fenomena sosial yang merupakan imbas dari kebiasaan melihat sesuatu hanya dari luar, dalam hal ini fisik.
Wanita mana yang tidak ingin tampil cantik, disebut cantik, dan terlihat cantik? Semua wanita ingin seperti itu. Tapi, Tuhan tidak memberikannya untuk setiap wanita. Jika mau melihat fenomena cantik dan tidak cantik lebih dalam, sebenarnya ada sesuatu yang bisa dijadikan pelajaran. Jangan langsung memikirkan operasi plastik dan bagaimana caranya mengubah penampilan, tapi resapi.
Menjadi jelek bukan hukuman atau kutukan. Itu adalah ujian. Sejauh mana seorang wanita dengan hati lembut dapat menghadapi kenyataan bahwa ia tidak cantik. Jika ia mampu menghadapi ujian yang terkesan tidak adil ini dengan senyuman, maka ia adalah seorang wanita bermental baja. Predikat wanita cantik yang sesungguhnya layak diberikan padanya, bukan pada para wanita yang berbondong-bondong melakukan operasi plastik.
Ketika Tuhan menciptakan manusia, Dia sudah memikirkan baik dan buruknya, Dia juga sudah tahu apa yang akan terjadi pada makhluk-Nya ini. Jadi, mengubah pandangan bahwa ini terjadi atas kehendak Tuhan, dan Tuhan tahu yang terbaik, rasanya jauh lebih dewasa daripada buru-buru memutuskan untuk mengubah bentuk wajah melalui operasi plastik. Sibuk mencari dokter bedah yang ahli memugar wajah akan membuat seseorang tampak konyol.
Jadi intinya (dan sesungguhnya) kemudahan yang datang karena memiliki wajah cantik, adalah bukan segalanya. Dengan mental yang baja, apapun bisa dilakukan. Pribadi yang kuat adalah bekal memenangkan pertandingan. Tidak dengan kulit yang mulus, wajah yang tirus “hadiah” dari operasi plastik. Karena keindahan fisik akan meluntur saat Senin berganti Selasa, dan saat Januari berganti Februari.
Jika membicarakan hak, jelas melakukan operasi plastik adalah hak masing-masing. Selama mampu untuk membayar uang operasi maka hal ini bukan hal yang mustahil untuk dilakukan. Tapi, ada yang sedang dibohongi di sini. Yaitu diri sendiri dan takdir. Dua hal itu adalah hal yang tidak mungkin diingkari oleh seorang pemenang.
Lalu, Apa Itu Operasi Plastik?
Pertanyaan itu wajar hadir, mengingat operasi plastik ini merupakan sebuah fenomena sosial yang cukup booming. Sederhananya, operasi plastik adalah cara kilat untuk menjadi cantik. Dan cara cepat untuk menarik perhatian lawan jenis selain pelet. Operasi plastik bukan hanya mengubah kontruksi wajah, tapi juga tubuh secara keseluruhan.
Operasi plastik dibedakan menjadi dua fungsi. Fungsi medis dan fungsi estetika. Dan fungsi kedua itulah yang belakangan amat sangat marak terjadi di masyarakat. Fungsi estetika tentu saja bertujuan untuk keindahan tampilan semata. Kedua fungsi operasi plastik ini memang dilegalkan secara hukum. Tetapi, khusus untuk fungsi yang kedua, operasi plastik mendapatkan banyak tanggapan.
Saking maraknya, operasi plastik sangat diidentikkan dengan perubahan bentuk wajah untuk tujuan kecantikan. Padahal, operasi plastik tidak hanya itu. Operasi plastik juga dilakukan ketika menghadapi orang dengan masalah serius di sekitar tubuhnya, terutama wajah. Masalah tersebut biasanya berupa cacat bekas kecelakaan atau luka bakar.
Ketika operasi plastik ditujukan untuk membantu orang dengan masalah tersebut, hal ini menjadi wajar. Mereka yang terlahir sempurna, kemudian di tengah perjalanan hidupnya menemui cobaan, hingga wajahnya menjadi hancur tidak karuan, adalah orang-orang yang sesungguhnya paling berhak mendapatkan tindakan operasi plastik.
Bagi mereka, operasi plastik bukan hanya akan mengubah wajahnya yang hancur menjadi kembali normal, tapi juga membantu menumbuhkan kembali semangat hidup yang hilang ketika cobaan itu terjadi. Dengan begitu ia akan dengan percaya diri kembali melakukan hal-hal yang berguna bagi hidupnya dan hidup orang-orang di sekitar.
Secara medis, operasi plastik adalah upaya memperbaiki bentuk-bentuk tubuh. Perbaikan tersebut tentunya berdasarkan prosedur yang sesuai dan telah diatur dalam dunia medis atau kedokteran. Alat-alat serta tahapan melakukan operasi plastik tidak boleh sembarangan, karena ini menyangkut perubahan fisik seseorang.
Bahaya dan Risiko Operasi Plastik
Masih agak tidak terlalu paham ketika seseorang melakukan operasi plastik hanya untuk tujuan seperti yang disebutkan di awal. Selain terlihat “lucu”, operasi plastik dengan tujuan estetika sungguh berbahaya dan berisiko tinggi. Selama beberapa tahun operasi plastik mungkin akan berhasil membuat seseorang jadi pribadi yang sempurna secara fisik, tetapi, tunggu beberapa tahun setelahnya.
Bagaimanapun canggihnya prosedur serta peralatan operasi plastik, kesempurnaan hanya milik sesuatu yang diciptakan Tuhan. Kehebatan hanya milik Sang Pencipta. Jadi, risiko menjadi hal yang pasti terjadi pada segala sesuatu yang dilakukan manusia. Dan risiko dari dilakukannya operasi plastik ini sungguh mengerikan. Apa sajakah itu?
1. Bekas Jahitan
Prosedur operasi plastik pada dasarnya adalah “membongkar” bagian tubuh kita, menyumpalnya dengan berbagai bahan kemudian menambalnya kembali. Tentu saja, pembedahan dan penjahitan adalah prosedur dasar. Sehingga, bekas jahitan adalah pasti akan dimiliki oleh mereka yang melakukan operasi plastik.
Risiko ini boleh dikatakan sebagai risiko terkecil dari sebuah tindakan operasi plastik. Bekas jahitan bisa saja dihilangkan dengan berbagai operasi. Tetapi tetap saja, sekuat apapun usaha untuk menutupi, bekas jahitan itu tidak bisa hilang sepenuhnya dari tubuh.
2. Rasa Sakit
Rasa sakit adalah risiko nyata di depan mata ketika melakukan operasi plastik. Misalnya saja operasi membesarkan payudara. Ketika proses operasi itu berlangsung, ada otot-otot payudara yang harus dipotong agar implant atau silikon atau apalah itu bisa ditambahkan di bawah otot-otot tersebut.
Rasa sakit selanjutnya yang disebabkan oleh operasi plastik adalah operasi menghilangkan kerutan serta bekas luka. Sinar laser yang digunakan untuk menghilangkan “pernak-pernik” di kulit tersebut akan memberikan sensasi sakit seperti terbakar dan seolah Anda tengah mengalami luka bakar skala serius.
3. Bentuk Tubuh Berubah Aneh Secara Permanen
Risiko ini jelas terjadi pada beberapa tindakan operasi plastik. Seperti operai plastik membesarkan bokong, mempertebal bibir, serta pengangkatan lemak di pipi agar terkesan tirus.
- Ketika operasi plastik yang dilakukan adalah membesarkan bokong, maka risiko pecahnya silikon yang diimplankan pada bokong karena sering diduduki adalah risiko paling dekat. Belum lagi kemungkinan silikon tersebut bergeser juga cukup besar. Bentuk bokong pun akan menjadi tidak karuan.
- Bibir yang tebal merupakan idaman bagi sebagian wanita. Mempertebal bibir pun menjadi salah satu jenis operasi plastik yang banyak diminati. Sialnya, implant yang digunakan untuk mempertebal bibir bersifat permanen. Sehingga jika terjadi kesalahan, implant tersebut aka sulit dikeluarkan. Akibatnya bentuk bibir tentu juga akan berubah ajaib, bukan? Lebar dan besar seperti monster.
- Pipi yang bergelambir dan chubby menjadi masalah bagi sebagian orang. Pengangkatan lemak di pipi pun menjadi salah satu prosedur yang juga banyak diminati. Sayangnya, risiko yang ditawarkan pun tidak kalah menyeramkan dengan dua risiko operasi plastik di atas. Ketika lemak di pipi diangkat, cadangan lemak alami di pipi tentu akan berkurang. Dan dampak mengerikan akan mulai terlihat ketika usia sudah mulai bertambah. Pipi yang tidak berlemak akan membuat pipi menjadi kempot dan cenderung melengkung ke arah dalam. Persis seperti mummy.
Pada akhirnya, operasi plastik memang merupakan hak masing-masing manusia. Tetapi, sebagai manusia yang memiliki Tuhan, bersyukur atas pemberiannya akan jauh lebih baik. Mengubah bentuk anggota tubuh adalah salah satu bentuk rasa tidak bersyukur, dan Tuhan sangat tidak menyukai hal tersebut. Lantas? Ketika Tuhan mencabut semua nikmat yang ada termasuk wajah yang kita miliki, kita bisa apa?