Hal utama yang harus diingat bahwa memiliki anak autis bukanlah aib. Anak adalah kado istimewa dari Tuhan yang sudah sepantasnya kita syukuri. Anak adalah “ladang pahala” untuk orangtua belajar bersabar, mencintai, dan saling berbagi kasih sayang. Mengatasi anak autis bukan hal yang mudah. Untuk mengetahui cara mengatasinya, bacalah artikel ini.
Sebelum membahas cara mengatasi anak autis, sebaiknya terlebih dahulu kita berkenalan dengan autis. Anak autis bukan anak yang berkebutuhan khusus dalam arti kata mengalami tuna rungu, tuna wicara atau dalam bahasa “kasar” disebut cacat.
Anak autis umumnya terlahir normal, hanya saja mengalami “perkembangan istimewa” yang kelak mempengaruhi anak autis sampai ia remaja.
“Perkembangan istimewa” ini ditandai dengan terjadinya tiga gangguan mendasar, seperti interaksi sosial, komunikasi, dan perilaku. Diagnosa atau deteksi dini akan tampak pada usia anak 2-5 tahun. Berdasarkan penelitian, anak-anak laki-laki lebih banyak mengalami autis daripada anak perempuan.
Apakah autis atau autisme dapat dikenali gejalanya? Jawabannya adalah “bisa”. Perhatikan ciri-ciri anak autis berikut.
Ciri-Ciri Anak Autis
- Gangguan komunikasi verbal dan non verbal. Tidak atau terlambat bicara.
- Berbicara dan mengeluarkan kata-kata yang tidak dapat dimengerti layaknya orang meracau (berbicara tidak karuan hampir seperti mengigau tetapi bukan). Terkadang malah bicara monoton tanpa reaksi.
- Sebagian anak autis “pintar” menghafal, meniru nada, menyanyi, dan menggambar. Oleh karena itu, tidak mengherankan anak autis didorong ke arah “otak kanan” imajinasi, bukan logika (otak kiri).
- Kadang anak autis seperti “orang tuli”, tetapi sebenarnya mereka bisa mendengar. Jika, ada suara (nada) yang mereka sukai mereka akan langsung merespons.
- Anak autis menghindari komunikasi tatap muka, berpandangan mata.
- Tidak suka dipeluk dan disentuh. Meskipun itu pelukan dan sentuhan kasih sayang orangtua kepada anak.
- Tidak memiliki keinginan berinteraksi dengan orang lain dan malah menjauh apabila didekati.
- Pada saat bermain anak autis umumnya melakukan gerakan berulang-ulang. Bila sudah senang dengan satu mainan hanya itu-itu saja.
- Senang kepada benda yang berputar seperti roda.
- Sangat dekat kepada benda kesayangan yang harus dibawa ke mana-mana.
- Anak hiperaktif; tidak dapat diam, lari, lompat, berputar, memukul benda berulang–ulang atau bisa juga yang terlalu diam atau pendiam.
- Tidak memiliki rasa empati, misalnya melihat orang menangis, ia datar saja.
- Sering mengamuk-meledak (temper tantrum) cenderung dekstruktif.
- Mencium atau menjilati suatu benda.
Jika terdapat ciri-ciri demikian, bukan berarti anak Anda autis. Pemeriksaan secara psikologis tetap harus dilakukan supaya mengetahui cara mengatasi anak autis.
Melalui diagnosa dokter ahli atau therapis, Anda akan dapat mengetahui jenis autis anak Anda. Apakah benar anak Anda autis ataukah anak hiperaktif, anak susah konsentrasi, anak berkebutuhan khusus atau karena faktor lain seperti traumatik dan gejala fisik yang kurang sehat.
Anak autis cenderung hiperaktif. Maka, pandangan orang kebanyakan adalah hiperaktif disebabkan oleh pola asuh yang kurang tepat serta terlalu banyak makan-makanan yang mengandung gula. Penelitian terkini menyebutkan, tidak demikian. Anak hiperaktif memang karena adanya gangguan genetik yang ada pada DNA anak.
Hiperaktif biasa disebut ADHD (Attention-Deficit and Hyperactivity Disorder). ADHD adalah perkembangan yang ada di otak anak hiperaktif berbeda dari kebanyakan anak normal.
Ada satu area di dalam otak yang disebut Copy Number Variants (CNVs) atau area yang saling bertumpuk seperti card stacking (tumpukan kartu) sehingga otak anak kesulitan merespons apa atau mana yang terlebih dahulu ia kerjakan atau lakukan.
Akibat hal itu, ia jadi hiperaktif ingin segera menyelesaikan segala sesuatunya secara terburu-buru dan akhirnya “’tidak focus”, “impulsif” (bergerak atas dorongan hati tanpa berpikir), dan kombinasi dari keduanya. Terapi perilaku anak hiperaktif sebaiknya dilakukan bertahap disertai diet makanan dan pengobatan jika memang diperlukan.
Saat ini sudah tersedia pusat-pusat terapi dini untuk anak berkebutuhan khusus, autism, ADD, ADHD, down syndrom, cerebral palsy, dan terlambat bicara. Orangtua sebaiknya juga turut berperan aktif dalam menumbuhkan kreatifitas anak hiperaktif.
Ajarkan anak berbagai aneka permainan yang dapat mengembangkan imajinasi. Anak hiperaktif tidak dapat “duduk manis” dan terkadang ia tidak sabaran, bicara kasar, memukul, berteriak. Kesabaran ekstra dari orangtua sangat diperlukan.
Solusi Makanan Tepat Untuk Mengatasi Anak Autis
Selain karena faktor psikologis dan genetika (DNA), anak autis harus diet ketat dalam soal makan. Berikut ini adalah rincian makanan yang pas untuk anak autis, antara lain:
- non gula,
- ikan nila,
- kerupuk sagu,
- telur gabus sagu,
- stevia adalah bahan pemanis alami untuk minuman dan makanan. Gunanya untuk membunuh bakteri dan virus,
- beras merah,
- jamur kuping,
- susu beras autisfoods,
- abon lele,
- kue beras non telur (QBS-2),
- sumpia beras,
- cereal beras organik,
- kecap non kedelai,
- minyak goreng rice brain,
- spagheti dan mie beras merah,
- cincau,
- keripik kentang,
- susu beras bubuk,
- stik rambak sapi,
- gula aren cair,
- beras organik,
- susu kedelai, susu almond, susu kacang hijau,
- tepung beras merah, tepung beras, tepung kedelai, tepung spelt, rye, guinoa,
- tepung tapioka, tepung kentang,
- pistachio
- kacang mete,
- walnut,
- pecan,
- hazelnut,
- biji wijen,
- biji bunga matahari,
- biji labu kuning,
- fruktosa (gula buah),
- madu,
- sirup beras,
- molasses,
- sirup maple,
- sirup konsentrat, dan
- buah-buahan kesukaan anak autis.
Anak penderita autis tidak boleh makan-makanan, seperti susu sapi dan olahannya, tepung terigu, tepung maizena, margarine, kacang tanah, garam, dan gula pasir.
Makanan khusus anak autis sekarang ini sudah banyak dijual di toko-toko online dan kafe. Umumnya orangtua yang memiliki anak autis tergabung dalam wadah komunitas dan saling berbagi informasi soal apa pun yang berhubungan dengan autis.
Terapi anak autis satu di antaranya menggunakan metode ABA (Applied Behavior Analysis) dan evidence-based. Fokusnya lebih kepada pembelajaran paduan antara interaksi sosial dan komunikasi (vokal, dengan bahasa isyarat atau PECS); keterampilan bermandiri seperti terapi latihan ke toilet, berpergian, makan).
Latihan Berinteraksi Untuk Mengatasi Anak Autis
Interaksi sosial anak autis dilatih untuk bermain atau berenang. Paling sering anak autis diajak berenang bersama lumba-lumba. Hal ini dilakukan karena lumba-lumba diyakini membantu anak autis menggerakkan saraf-saraf motorik. Latihan yang perlu dilakukan untuk mengatasi anak autis adalah sebagai berikut.
- Berhitung 1 sampai 10 dengan baik tanpa irama sebagaimana kita mengajarkan menghitung. Tujuannya agar anak autis mengenali angka dan bentuk dengan cepat.
- Mengenalkan warna.
- Ajak anak autis menceritakan suatu kisah yang sederhana agar ia mau bicara.
- Mampu membedakan setiap angka, misal membedakan angka 2 dan angka 3.
- Dapat mengenali simbol dan objek gambar.
- Mengerti bahasa sehari-hari.
- Dapat membedakan posisi dan letak, seperti kanan atau kiri, atas atau bawah.
- Melatih kontak mata dan kemampuan untuk mendengarkan.
- Menanyakan nama dan mengajari anak autis untuk menerima “perintah.” Tujuannya agar ia bisa mengenali suara.
- Mengajari mengekspresikan diri.
- Ajari anak mandiri seperti makan, ke kamar mandi (gosok gigi-mandi-buang air). Ajari juga anak autis cara pakai baju, mengancingkan baju dan seterusnya.
Ada satu tulisan menarik berjudul “Toko Pangan untuk Kay Sehat”. Christien Imuranty (42) pemilik toko pangan khusus bagi anak autis.
Kata Imuranty kepada Kompas sebagaimana yang dikutip media “Autisme itu bagi saya merupakan makanan yang sudah terpolusi, diproses berlebihan, dan mendapat banyak bahan tambahan. Makanan yang dikonsumsi oleh anak-anak autisme itu yang sesungguhnya ideal bagi tubuh.”
Demikianlah pembahasan mengenai tips-tips mengatasi anak autis, semoga bermanfaat.